Tuesday, November 29, 2005

Good to Great

Good to Great karya Jim Collins yang juga pengarang buku Built to Last, katanya merupakan buku yang oaling laris #1 lebih dari tiga juta buku terjual itu kata penerbitnya atau penterjemahnya.

Sebenarnya ada apa didalam buku itu? sehingga orang begitu senang membacanya dan mungkin menjadikannya suatu acuan dalam menjalani kehidupan bisnisnya. Secara sepintas buku ini memang sangat menarik untuk dibaca dan dipelajari, bagaimana jika anda seorang muslim menghadapi buku ini? apakah akan ikut juga seperti yang ada didalam buku ini?
Saya pribadi sangat mengharapkan tidak ikut2 untuk 'implementation' pemikiran2 dalam buku tersebut, karena sesungguhnya dalam agama islam lebih hebat dari buku itu, dan kebanyakan muslim tidak pernah sadar akan hal ini, mau bukti?

Saya akan coba bahas satu-persatu dari presfektif saya pribadi yang tentunya banyak kekuranga ilmu yang saya miliki, namun demikian saya mencoba untuk bersikap "kritis" terhadap apa yang dibanggakan oleh "mereka" yang menyanjung buku ini.

1. Baik adalah musuh dari Hebat
Menurut jim bahwa kebanyakan dari kita telah puas dengan apa yang telah diperoleh saat ini dengan nilai baik. Merasa baik tentunya tidak ada motivasi untuk lebih baik atau hebat.
"Hanya sedikit orang dapat memperoleh hidup yang hebat, sebagian besar karena demikian mudah untuk merasa puas dengan hidup yang baik. Sebagian besar perusahaan tidak pernah menjadi besar, secara tepat karena sebagian besar menjadi cukup baik-dan itu adalah masalah utama mereka."
Dalam bab awal ini hanya bercerita tentang bagaimana jim mencari tentang bagaimana perubahan suatu perusahaan baik menjadi hebat, kuncinya adalah "Rasa ingin tahu". Sederhana yang terkadang kita lupakan, kita bisa lihat anak kecil umur 1-5 rasa ingin tahu mereka begitu tinggi, sehingga begitu cepat belajar. Tetapi semakin dewasa semakin rasa ingin tahu itu berkurang, apalagi jika telah mengalami "hidup baik" biasanya rasa ingin tahu itu berkurang dan mungkin hilang. Tentunya rasa ingin tahu disini adalah hal yang positif.
Tentunya jika kita kaji terhadap al-quran, banyak ayat yang mengatakan apakah tidak berfikir? apakah melihat dsb sungguh dalam ayat itu menyindir apakah kita tidak pernah menggunakan fikiran? bisa jadi Allah SWT menegur apakah kita tidak mau tahu?

2. Kepemimpinan tingkat 5
Kepemimpinan dalam buku ini dibagi tingkatan menjadi 5, yaitu:
Tingkat 1: Individual Dengan Kemampuan Tinggi, membuat kontribusi produktif lewat bakat, pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan kerja yang baik.
Tingkat 2: Anggota Tim Yang Memberi Kontirbusi, Memberi kontribusi kemampuan individual untuk mencapai objektif kelompok dan bekerja secara efektif dengan orang lain dalam pengaturan kelompok.
Tingkat 3: Manajer Kompeten, Mengorganisasikan manusia dan sumber daya ke arah usaha yang efektif dan efisien untuk mencapai objektif yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Tingkat 4: Pemimpin Yang Efektif, Menjadi katalisator komitmen terhadap dan berusaha dengan sunguh-sungguh mewujudkan visi yang jelas dan membangkitkan keinginan kuat, merangsang standar kerja yang lebih tinggi.
Tingkat 5: Eksekutif Tingkat 5,Membangun kehebatan yang bertahan lama lewat bauran paradoks dari kerendahaan hati pribadi dan kemauan profesional.

Apakah salah tingkatan kepemimpinan yang disebutkan jim diatas? tentu tidak. Yang menarik adalah bahwa seorang yang memiliki kepemimpinan tingkat 5 dengan kerendahaan hati ternyata harus dijaga dengan kegiatan agama! "Keyakinan agama atau perbaikan yang kuat dapat juga memelihara pengembangan sifat-sifat Tingkat 5. Colman Mockler, misalnya berbalik menjadi penyebar agaka Kristen sewaktu dia memperoleh gelar MBA diHarvard, yang menurut buku Cutting Edge, menjadi penggerak utama dalam kelompok eksekutif bisnis di Boston yang sering bertemu sambil makan pagi untuk mendiskusikan baerbagai cara mewujudkan nilai-nilai keagamaan kedalam kehidupan perusahaan".
Tetapi coba perhatikan tulisan jim dialinea awalnya: "Untuk menggunakan analogi, perspektif 'Kepemimpinan adalah jawaban segala sesuatu' adalah bentuk modern yang setara dengan perspektif 'Tuhan adalah jawaban dari segala sesuatu' yang telah membuat menutupi pemahaman ilmiah kita mengenai dunia fisik di Zaman Kegelapan. Ditahun 1500-an orang menganggap segala sesuatu yang tidak mereka pahami berasal dari Tuhan. Mengapa panen gagal? Tuhan yang menghendaki. Apa yang membuat planet tetap berada ditempatnya? Tuhan. Tetapi dengan Pencerahan, kita mulai lebih mencari pemahaman ilmiah-fisika, kimia, biologi dan sebagainya, Bukan berarti bahwa kita menjadi ateis, tetapi kita memperoleh pengertiannya lebih dalam mengenai hukum alam semesta. dst.."
Bukankah dari tulisan itu ada kontradiksi?
Coba kita renungkan salahkah yang jim tulis? sama sekali tidak salah tapi yang perlu renungkan adalah tiap-tiap hukum yang ditulis tersebut adalah karena memang Allah Tuhan yang menghendaki? pernahkah kita berfikir bisakah kita untuk tidak bernafas dalam waktu 1 jam?
Rupanya jim ini lebih mengkedapankan akal (hukum qauniah) hukum yang memang dapat ditelaah dengan akal, tapi melupakan hal yang ghaibi (ghoib) artinya ada kekurangannya. Coba kita renungkan betapa islam sangat mengajarkan keseimbangan keduanya. Dilupakan bahwa alam semesta ini bukan hanya sekedar hukum, tapi memang ada yang mengatur-Nya, jadilah hukum yang dianggap biasa, matahari terbit dari timur terbenam sebelah barat....
Apakah mungkin matahari terbit sebelah barat? jim bilang mungkin tidak! tapi orang muslim Mungkin! jika Allah memang menghendaki.
Pemimpin tingkat 5, bukan orang yang tidak abisius, mereka abisius tapi bukan untuk pribadi. Mereka tidak kenal takut dan selalu sederhana disamping profesional.

Jadi singkatnya apa yang ditulis oleh jim sebenarnya cerita lama bagi kaum muslimin, sayangnya hal itu tidak disadari..... kapankah kita sebagai umat islam akan bangkit?? akan pentingnya ilmu pengetahuan, akan pentingnya Iqra!?

--- To be contiune.....

Friday, November 25, 2005

Individual Performance Plan (IPP)

IPP (Individual Performance Plan) merupakan proses perencanaan dan evaluasi kinerja karyawan, pengarahan dan bimbingan, dan penilaian karya demi tercapainya tujuan organisasi dan juga optimalisasi potensinya, menurut definisi dari astra.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita sebagai karyawan melaksanakan IPP yang telah kita buat? agar berjalan lancar? walau sebagai besar key nya adalah atas yang memberikan bimbingan, review dsb, menurut sumber yang sama/pedoman dari astra. Tapi sebagai pembuat IPP karyawan sendiri harus memiliki komitmen yang tinggi dalam pencapaian IPP tersebut.

so what gitu lho??? :P ada beberapa hal yang kadang terlewatkan, atau mungkin jadi penyebab tidak berjalannya IPP tersebut, yaitu:
1. Iqra (Baca!) membaca adalah ibadah! tujuan dari baca ini adalah untuk meningkatkan kompetensi kita, apalagi yang kerja jadi "tukang IT" apabila tidak baca akan sangat jauh tertinggal, oleh percepatan IT yang saat ini luar biasa, disisi lain baca adalah suatu keharusan bagi seorang muslim/muslimah sebagai bukti pengamalan alquran dan hadits.

2. Bekerja adalah ibadah janganlah tugas yang kita terima dijadikan beban, nikmati pekerjaan tersebut sambil berfikir untuk senantiasa mencari solusi-sulosi yang terbaru, supaya tidak bosan/jenuh dengan rutinitas yang hanya begitu-begitu saja.

3. Buat catatan-catatan/planning, jika diperlukan terpaksa kita kembali lagi ke TODO LIST walau sebenarnya untuk level manager seharus-nya tidak lagi, tapi ini untuk mencegah dari 'lost cotrol' terhadap komitmen yang telah dibuat.

4. Selalu belajar dari "Best Practices", belajarlah dari standard/best practices yang ada untuk meningkatkan performace kita. Banyak referensi yang tersedia di internet.

5. Buat Dokumentasi, membuat dokumentasi adalah hal yang sangat menjengkelkan, dan paling menyita fikiran dan waktu, tetapi jika dikaji lebih jauh ini akan sangat bermanfaat jika telah terbiasa, dokumentasi yang kita buat bisa dijadikan buku dijual ke percetakan hehehehe.. tentunya dapat pendapatan yang baru kan?

Inilah catatan yang menurut saya penting dalam pembuatan IPP, walau mungkin ada aspek yang lain yang belum dituliskan disini. (wars)

Monday, November 21, 2005

Citrix Implementation

Implementasi Citrix antara sebel dan terpaksa!.
Untuk mendukung kebijakan perusahaan dalam hal penggunaan ERP ternyata butuh banyak aspek yang harus dilihat mulai dari pemilihan software, LAN, WAN serta teknologi pendukung.

Dan benar saja IT Dept selalu spent money lebih banyak, untuk itu kami sangat berhati-hati dalam hal ini, jika tidak bisa-bisa nggak ada gunanya penerapan IT di kantor kami. IT memang bukan segalanya untuk itu butuh control yang jelas. Bisa dibayangkan berapa biaya beli Citrix? huuh... sebel emang tapi nggak ada pilihan, jika di itung-itung mungkin lebih ringan menggunakan SAP R/3 yang tidak perlu tambahan software pendukung, hmmmm.. tapi SAP masih jauh lebih gilaaaa!!!!
Tapi nggak apalah yang penting dengan citrix berarti gue bisa banyak menghemat, nggak perlu banyak beli license hihihihihi.... untuk aplikasi yang bisa dishare disite.

OK to the point aja...
Citrix software yang menurut gw sih emang cool abis, tapi penuh arogansi termasuk orang-2 kenapa begitu? wah nggak tahu ya yang pasti orang suka jelekin linux sih. Padahal gw paling anti pake Microsoft, kepaksa pake microsoft.

Citrix itu ternyata tidak sehebat yang gw bayangin juga, hebatnya karena mahal kali ya?
Tetap dia butuh resources kompi yang cukup juga, hmmm... so...?
Ada effort lain yang hiden...